Apabila pada tahun 2014 mendatang, roket buatan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) berhasil meluncur ke ruang angkasa dan mengangkut satelit buatan Indonesia pula, akan menjadi prestasi yang membanggakan. |
Negara-negara ASEAN khawatir pula atas rencana peluncuran roket Korea Utara tadi, yang ditengarai akan dipakai juga untuk uji coba peluru kendali (rudal) balistik. “Ada rasa cemas yang nyata atas perkembangan di Semenanjung Korea,” kata Sekjen ASEAN, Surin Pitsuwan,seusai pertemuan para menteri luar negeri ASEAN di Phnom Penh, 2 April 2012.
Memang, ada dua jenis teknologi yang perkembangannya selalu dipantau dengan serius oleh masyarakat intelijen dunia, yaitu teknologi roket dan teknologi nuklir. Betapa kita melihat perkembangan teknologi nuklir di Iran, Irak, Cina, India, dan Korea Utara, yang membikin pusing lawan-lawan mereka. Teknologi peroketan yang berkembang di negara-negara tadi jelas bikin nyali ciut, mengingat roket dapat dipakai untuk mengangkut bom nuklir antarbenua, seperti Inter Continental Ballistic Missiles (ICBM) maupun peluru kendali Polaris yang diluncurkan dari kapal selam nuklir.
Perintis Teknologi Peroketan
Indonesia termasuk salah satu negara yang paling awal merintis
teknologi nuklir dan teknologi peroketan. Ilmuwan-ilmuwan Indonesia
mulai belajar teknologi nuklir di Amerika Serikat dan Rusia pada tahun
1960-an. Sedang pada tahun 1964, Reaktor Atom Bandung, sebagai reaktor
nuklir ilmiah pertama di Indonesia mulai beroperasi.
Dalam dunia peroketan, Indonesia berhasil meluncurkan roket pertama
buatan ilmuwan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Angkatan Udara
Republik Indonesia (AURI), diberi nama KARTIKA-1, pada tahun 1962 dari
Stasiun Peluncuran Roket Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat. Pada 27
November 1963, Lapan dibentuk dan Proyek Roket Ilmiah dan Militer Awal
(PRIMA) dimulai.Memang, lebih dari tiga dekade, sejak 1965, perkembangan teknologi peroketan di Tanah Air nampak stagnan. Di saat mitra-mitra Indonesia, seperti Jepang, Cina, India, bahkan Iran, Irak dan Korea Utara semakin pesat mengembangkan teknologi peroketannya, maka Indonesia masih saja pada tahapan berupaya untuk mempertahankan kemampuan yang ada melalui pengembangan kapasitas. Kegiatan riset dan pengembangan teknologi peroketan terus digiatkan walaupun dengan sarana, prasarana dan anggaran yang terbatas.
0 komentar:
Posting Komentar